Friday, December 29, 2006 0 comments

Gelar haji......perlukah?

Pada tahun 1997 Dr Sayyid Razak Thawil (guru besar Al-Azhar Kairo) mengeluarkan fatwa penolakan/penghapusan gelar haji bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah tersebut. Alasannya karena pada zaman Rasulullah SAW, sahabat bahkan tabi'in,gelar haji itu tidak pernah ditemukan. Ia juga menjelaskan bahwa nilai ibadah seseorang tergantung pada keikhlasan hamba menghadap Allah dan apabila sekadar pamer (riya), bisa merusak ibadah, bahkan mengurangi pahala dan tidak mendapat nilai di sisi Allah.
Syekh Abdul Badi Ghazi (direktur Ma'had Duat) berpendapat bahwa penggunaan gelar haji sering kali merusak kesucian ibadah,akibatnya ibadah haji menjadi kulit tanpa isi.
Gelar Haji merupakan bagian dari legitimasi formal tingkat spiritual seseorang. Harus diakui, gelar itu memang hanya berhak dimiliki oleh mereka yang telah menunaikan rukun islam kelima. Namun apakah legitimasi formal itu menunjukkan pula kualitas spiritual yang substansial? Jawabannya bisa ya atau tidak. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda "Allah tidak melihat (kualitas iman) kamu sekalian dari pakaian atau atribut yang dipakai, tapi dari (keimanan) yang ada dalam hati kamu sekalian". Artinya ibadah haji sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas iman, ukurannya jelas, tidak dilihat dari gelar haji yang disandangnya. Tapi, sejauh mana ibadah yang telah dilaksanakan membekas dalam hati, lalu terefleksi dalam kehidupan sehari-hari.
Kebenaran (mabrur) yang substansial dari ibadah haji adalah ketika yang bersangkutan mampu meningkatkan kualitas amal saleh seperti kedermawanan, kerendah-hatian, keadilan dan sifat-sifat kemanusiaannya setelah kembali dari menunaikan ibadah haji. Jika sifat-sifat itu tidak meningkat atau bahkan sebaliknya dia semakin angkuh, sombong dan membanggakan gelar hajinya, maka saya berpendapat pengorbanan uang, waktu, dan tenaganya untuk pergi haji ke tanah suci, sia-sia saja di hadapan Tuhan, atau bahkan juga dihadapan manusia.
Haji merupakan perjalanan menuju rumah Tuhan. Karena Tuhan mahasuci, manusia yang akan menuju ke rumah-Nya pun diupayakan dalam keadaan suci. Artinya untuk berhaji dibutuhkan kesiapan fisik dan materi. Namun kesiapan mental dan spiritual adalah lebih penting.
Thursday, December 28, 2006 0 comments

Nasihat

"Kang, kelihatannya hidupmu sangat tenang? Rahasianya apa sih ??"
(tersenyum) "Aku cuma melaksanakan nasihat orangtuaku"
"Bolehkah saya mengetahuinya????" (penasaran)
"Sing Caguer, Sing Baguer, Sing Bener jeung Sing Pinter dina hirup ieu???"
"????????"
"Caguer artinya sehat. Bukan hanya sehat jasmani, melainkan juga rohani. Bageur berarti baik. Tentu maksudnya baik dalam bertingkah laku. Baik itu tingkah laku dalam berhubungan antarmanusia maupun dengan Al-khalik. Bener artinya jujur. Pinter artinya pandai."
Friday, December 08, 2006 0 comments

Kenali Dirimu

Ada seorang laki-laki datang ke rumah berkunjung dan bersilaturahmi dengan bapak, bertanya bagaimana mendapatkan istri yang sholehah. "Oo..mudah kenali saja dirimu."jawab bapak.

"Maksudnya bagaimana?"

"Kalo anda tidak sholeh, bagaimana mungkin anda ingin istri yang sholehah?"jawab bapak.
0 comments

10 Cara menjadi ayah yang hebat

1. HORMATILAH IBU ANAK-ANAK ANDA
Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan Ayah bagi anak-anaknya adalah menghormati Ibu mereka. Kalau Anda menikah, jagalah pernikahan Anda agar tetap kuat dan penuh vitalitas.
2. LEWATKANLAH WAKTU BERSAMA ANAK-ANAK ANDA
Bagaimana seorang Ayah melewatkan waktunya mengatakan apa yang penting baginya. Kalau Anda tampaknya selalu terlalu sibuk untuk anak-anak Anda, mereka akan merasa ditelantarkan, apapun yang Anda katakan.
3. UPAYAKAN HAK UNTUK DIDENGARKAN
Terlalu sering satu-satunya saat sang Ayah bicara kepada anak-anaknya adalah ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Mulailah bicara kepada anak-anak ketika mereka masih kecil,sehingga topik-topik sulit akan lebih mudah ditangani ketika mereka semakin besar. Luangkanlah waktu dan dengarkanlah ide-ide serta persoalan-persoalan mereka.
4. DISIPLINKAN DENGAN KASIH
Semua anak butuh bimbingan dan pendisiplinan, bukan sebagai hukuman, melainkan untuk menetapkan batasan-batasan yang masuk akal. Ingatkanlah anak-anak Anda akan ganjaran perbuatan mereka dan berikanlah imbalan yang berarti atas perilaku yang diinginkan.
5. MODEL PERAN
Para Ayah adalah model peran bagi anak-anaknya, entah mereka menyadarinya atau tidak.
Seorang anak perempuan yang melewatkan waktu dengan Ayahnya yang penuh kasih tumbuh
dengan pengetahuan bahwa ia pantas diperlakukan dengan hormat oleh anak-anak lelaki, dan apa yang harus dicarinya dalam diri seorang suami. Para Ayah dapat mengajari putera-puteranya apa yang penting dalam kehidupan ini dengan mendemonstrasikan kejujuran, kerendahan hati, dan tanggung jawab.
6. JADILAH GURU
Terlalu banyak Ayah yang menganggap bahwa mengajar adalah urusan orang lain. Namun seorang Ayah yang mengajari anak-anaknya tentang yang benar dan yang salah serta mendorong mereka untuk melakukan yang terbaik akan melihat anak-anaknya mengambil pilihan yang baik.
7. MAKANLAH BERSAMA-SAMA KELUARGA
Makan bersama-sama (sarapan, makan siang, atau makan malam) bisa menjadi bagian penting dari kehidupan keluarga yang sehat. Selain memberikan struktur pada hari yang sibuk, ini juga memberi anak-anak peluang untuk membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan dan apa yang ingin mereka kerjakan.
8. BACAKANLAH CERITA BAGI ANAK-ANAK ANDA
Mulailah membacakan cerita bagi anak-anak semenjak mereka masih kecil. Setelah mereka lebih besar, doronglah mereka untuk membaca sendiri. Menanamkan kecintaan untuk membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan anak-anak Anda mengalami pertumbuhan pribadi maupun karier.
9. PERLIHATKANLAH KASIH SAYANG ANDA
Anak-anak butuh ketenteraman yang berasal dari mengetahui bahwa mereka diinginkan, mereka diterima, dan dikasihi oleh keluarga. Orangtua, terutama Ayah, perlu membiasakan diri merangkul anak-anaknya. Memperlihatkan kasih sayang setiap harinya adalah cara terbaik untuk memberitahu mereka bahwa Anda sayang pada mereka.
10. SADARLAH BAHWA TUGAS SEBAGAI AYAH TIDAK PERNAH SELESAI
Bahkan setelah anak-anak besar dan siap meninggalkan rumahpun, mereka akan tetap mencari hikmat serta nasihat dari Ayahnya. Entah soal meneruskan pendidikan, pekerjaan baru atau pernikahan, para Ayah terus memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anak mereka sementara mereka bertumbuh dan mungkin, menikah dan membangun keluarga sendiri.

Have a positive day!
 
;